David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996: 112) pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Menurut teori David Ausubel bahwa belajar seharusnya asimilasi yang bermakna bagi siswa (Budiningsih, 2005: 43). Untuk terjadinya belajar bermakna maka para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari, (Bambang, 2008: 73).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Pembelajaran bermakna mengacu pada konsep bahwa pengetahuan yang dipelajari sepenuhnya dipahami oleh individu dan bahwa individu tahu bagaimana fakta yang spesifik berkaitan dengan fakta-fakta yang tersimpan sebelumnya (yang disimpan dalam otak).
Miles Berry (2012) menjelaskan belajar bermakna merupakan belajar yang dengan tujuan yang lebih jelas, pembelajaran yang memungkinkan orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk melakukan lebih banyak makna kepada dunia di sekitar mereka, belajar terhadap hal-hal yang lebih realistis yang diditandai dengan pembelajaran yang lebih aktif, konstruktif, disengaja, otentik dan kooperatif.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam strukturkognitif seseorang. Konsep ini menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Organisasi yang dimaksud sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya.
Asumsi bahwa tujuan utama pendidikan di semua tingkatan diupayakan untuk melibatkan para siswa dalam pembelajaran bermakna, yang terjadi ketika siswa melakukan proses pembelajaran. Sementara sekolah memainkan berbagai peran sosial, cus-todial, dan organisasi penting dalam masyarakat, kewajiban utama guru harus membantu siswa untuk belajar bagaimana mengenali dan memecahkan masalah, memahami fenomena baru, membangun model mental, dan diberi situasi baru yang kondusif, menetapkan tujuan dan mengatur pembelajaran mereka sendiri (learn how to learn). Pembelajaran bermakna berupaya melibatkan para siswa dalam aktif, konstruktif, pembelajaran disengaja, otentik, dan kooperatif.
Pembelajaran Bermakna adalah Aktif (Manipulative/Observant)
Belajar adalah proses mengalami. Manusia memiliki kemampuan untuk mempelajari dan beradaptasi dengan lingkungan. Manusia dari segala usia dapat mengembangkan keterampilan dan membangun pengetahuan lebih lanjut dunia di sekitar mereka ketika ingin mengetahuinya. Ketika belajar tentang hal-hal dalam konteks alam, manusia berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memanipulasi benda-benda dalam lingkungan tersebut, mengamati efek dari intervensi mereka dan membangun pengetahuan mereka sendiri menginterpretasi fenomena dan hasil manipulasi.
Pembelajaran bermakna menstimulasi siswa untuk aktif terlibat dalam tugas yang bermakna di mana mereka memanipulasi objek dan lingkungan dan mengamati hasil sebagai sebuah pengalaman bermakna.
Belajar Bermakna adalah Konstruktif.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengetahuan yang dipunyai oleh murid adalah hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan bukan pembelajaran yang ditrerima secara pasif. Guru sebagai fasilitator yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah.
Belajar Bermakna adalah Kolaboratif.
Kebermaknaan dapat terjadi dari hubungan kolaborasi diantara siswa, yaitu situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Tidak seperti belajar individual, orang yang terlibat dalam kolaborasi memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain.
Konsep ini didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman dan mengambil peran asimetri (berbeda). Kolaborasi dalam belajar mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain. Termasuk juga percakapan dengan tatap muka dan diskusi melalui komputer atau internet.
Belajar Bermakna adalah Authentic Learning.
Siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa lalu, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat yang relevan dengan "nyata" kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran otentik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa. Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
Belajar bermakna merupakan Aspek Kesengajaan (Intentional).
Semua perilaku manusia diarahkan untuk mencapai tujuan (Schank, 1994). Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan adalah dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tertentu. Ketika peserta didik secara aktif dan sengaja berusaha untuk mencapai tujuan kognitif, mereka berpikir dan belajar lebih banyak karena mereka memiliki tujuan yang jelas. Carayang tepat untuk memperoleh banyak pengetahuan adalah dengan caramengalami secara langsung. Proses mengalami situasi yang nyatasebagai sumber terjadinya kebermaknaan dalam belajar.
Tipe Belajar Menurut David Ausubel
Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
Ciri Belajar Bermakna
Nasution (2003) memaparkan belajar bermakna dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.
Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci.
Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan
Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat.
Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Karakteristik belajar bermakna
Bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Proses belajar bermakna terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan. Terdapat faktor yang mempengaruhi belajar bermakna yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya. Teori ini menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
Prinsip Belajar Bermakna
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu :
Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membantu mengingat kembali.
Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan yang paling ingklusif.
Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari sebelumnya.
Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.
Dimensi Teori David Ausubel
Menurut Ausubel (Dahar, 2006: 94), belajar diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu:
Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Informasi dapat dikomunikasikan pada peserta didik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta, konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh peserta didik.
Kebaikan Belajar Bermakna
Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 1996 : 115) ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu :
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi belajar bermakna.
Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Prosedur untuk belajar secara bermakna
Menggunakan advance organizes yaitu disajikan dalam tingkat observasi yang lebih tinggi. Guru menyajikan bahwa dalam sub-sub konsep yang dapat membantu siswa dalam menggolong-golongkan bahan baru itu. Kondisi belajar menjadi bermakna bila si pelajar mempunya ide yang relevan dalam struktur kognitifnya dengan bahan baru itu.
Dengan integrative reconsilation yaitu ide baru diintegrasikan dengan ide yang telah dipelajari sebelumnya.
Hubungan Teori Belajar Bermakna dan Konstruktivisme
Teori Belajar Bermakna Ausubel sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran.
Tentukan konsep-konsep yang relevan.
Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyengkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas (Suherman, 2001: 8). Model pembelajaran disusun untuk mengarahkan belajar, dimana guru membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide keterampilan, nilai, cara berpikir dan mengekspresikan dirinya (Joyce et.al dalam Budiningsih, 2003 : 11).
Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel :
Menentukan tujuan pembelajaran.
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya).
Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa.
Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Sabtu, 26 Mei 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar