Kain tenun NTT
Kain Tenun NTT adalah kain
yang dibuat dari proses menenun oleh masyarakat
Nusa Tenggara Timur.
Tenun sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukan benang pakan
secara horizontal pada benang-benang lungsin, biasanya telah diikat dahulu dan
sudah dicelupkan ke pewarna alami. Pewarna alami tersebut biasanya dibuat dari
akar-akar pohon dan ada pula yang menggunakan dedaunan.
Ø Latar
Belakang
Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang penuh budaya dan kaya akan keberagaman. Salah satunya ditandai
dengan adanya cara berpakaian. Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap
cara berpakain ialah bahan dasar berpakaian . Jika di masyarakat Jawa terdapat
batik maka di masyarakat lainnya khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur
terdapat kain tenun. Meski secara administratif gugusan-gugusan pulau di
wilayah tersebut berada dibawah satu pemerintahan namun tak berarti budaya yang
juga homogen. Beranekaragamnya suku yang ada menyebabkan tiap suku dan etnis
memiliki bahasanya masing-masing yang mempunyai ratusan dialek lebih. Hal
inilah yang menjadi alasan mengapa terdapat beragamnya motif yang ada pada tenunan.
Tiap wilayah dan suku masing-masing mempunyai keunikan yang khusus dibanding
dengan daerah, contohnya seperti menampilkan legenda, mitos dan hewan
masing-masing daerah. Ada juga yang bertujuan untuk menggambarkan penghayatan
akan karya Tuhan yang besar.
Ø Sejarah
Masyarakat NTT diperkirakan telah ada sejak 3500
tahun yang lalu. Banyak ahli memperkirakan bahwa nenek moyang masyarakat NTT
berasal dari ras yang beragam antara lain Astromelanesoid dan Mongoloid. Terdapat juga beberapa penemuan fossil
yang menunjukan bahwa masyarakat NTT ada juga yang berasal dari ras Negroid dan Eropoid. Kerajaan pertama yang
berkembang diperkirakan berkembang pada abad 3 M. Sejak lahirnya kerajaan
tersebut diperkirakan masyarakat telah mengenal adanya seni budaya yang tinggi
dan diapresiasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Salah satu nya
ialah kemampuan menenun. Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara
turun menurun demi menjaga agar tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai
keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Tiap inidividu diharapkan
bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing sebab tiap kain yang ditenun
itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada
merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan
emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan
bisa menenun menjadi indicator bai seorang wanita untuk siap dan pantas
dinikahi, untuk pria yang menjadi indicator ialah mempunyai ladang dan bisa
bercocok tanam. .[1]
Ø Fungsi
Kain adat mempunyai banyak fungsi penggunaan di
masyarakat, meski tiap daerah ada penggunaan khusus di tiap suku, secara namun
secara umum berikut adalah fungsi dari kain tenun:
1.
Sebagai busana untuk penggunaan
sehari-hari dan mentupi badan.
2.
Sebagai busana dalam tari adat dan
upacara adat.
3.
Sebagai mahar dalam perkawinan
dalam bahasa daerah disebut sebagai “belis” nikah.
4.
Sebagai pemberian dalam acara
kematian dan sebagai wujud penghargaan
5.
Sebagai penunjuk status social.
6.
Sebagai alat untuk membayar
hukuman jika terjadi ketidakseimbangan.
7.
Sebagai alat barter/transaksi
8.
Sebagai betuk cerita mengenai
mitos dan cerita-cerita yang tergambar di motif-motif nya.
9.
Sebagai bentuk penghargaan bagi
tamu yang datang berkunjung.
Ø Jenis-Jenis
Berdasarkan Cara
Membuat
- Tenun ikat, motif diciptakan dari pengikatan benang. Pada daerah lain yang diikat ialah benang pakan nya maka pada kain tenun di NTT dibuat dengan cara kain lungsi yang diikatkan.
- Tenun Buna, berasal dari Timor Tengah Utara, yaitu menenun dengan cara menggunakan benang yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke pewarna.
- Tenun Lotis, Sotis atau Songket: Proses pembuatan nya mirip dengan proses pembuatan tenun Buna.
Berdasarkan Kegunaan
·
Selendang
·
Sarung
·
Selimut
Semuanya mempunyai persamaan umum yakni cenderung berwarna dasar gelap
karena zaman dahulu masyarakat belum mengenal adanya pewarna buatan sehingga
menggunakan pewarna alami dengan pilihan warna yang terbatas.
Berdasarkan
Persebaran
·
Tenun Buna: Tersebar di
daratan Timor antara lain di Kab. Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara
dan Belu. Namun paling banyak terpusat di wilayah Timor Tengah Utara.
·
Tenun Lotis/Sotis atau
Songket: Tersebar di semua wilayah Nusa Tenggara Timur,
merupakan bentuk tenun yang paling umum di masyarakat NTT.
Ø Proses
Pembuatan
Menenun dilakukan wanita dengan dua tujuan, yang
pertama sebagai sumber utama mata pencaharian dan sebagai pengisi waktu setelah
selesai bekerja di ladang. Langkah pertama yang dilakukan sebelum menenun ialah
menyiapkan benang yang hendak dipakai. Kapas dipintal dengan alat tradisional,
masyarakat tidak menggunakan benang konvensional yang ada di pasaran. Kapas
diambil dari pohon kapas yang ada di kebun warga. Hasil dari pemintalan
biasanya tidak terlalu halus dan dan berakibat hasil yang tidak simetris pada
corak tenun. Meski begitu hal itu yang menyebabkan keunikan tiap tenun sebab
tidak ada tenun yang identik sama. Sesudah proses memintal selesai maka
dilanjutkan dengan pencelupan benang pada pewarna. Meski tidak semua proses
pewarnaan dilakukan ketika masih dalam bentuk benang namun pada umumnya
pewarnaan dilakukan sebelum proses menenun. Pewarnaan dilakukan dengan
menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila dan akar pohon “Ka’bo”
untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit dan daun
“Menkude”. Setelah warna meresap dan dibiarkan mengering baru diikat pada mesin
tenun tradisional yang dalam bahasa setempat disebut “Lana Her’ru”. Tidak
seperti pada tenunan yang umum dijumpai di Indonesia dimana yang diikat pada
mesin tenun ialah benang pakan, namun pada tenunan Nusa Tenggara Timur yang
diikat ialah benang lungsin. Benang pakan dimasukan secara horizontal terhadap
benang lungsin yang telah diikat secara vertical. Namun dibalik semua itu, yang
paling penting ialah proses bertapa dan mencari ilham dengan cara berdoa ke
leluhur agar mendapat motif dan corak yang hendak dipakai, selain itu dipercaya
dengan berdoa sebelum dapat memperlancar proses menenun dan menolak bala selama
proses menenun dilakukan. .[4]
Ø Perkembangan
Tradisi menenun kain NTT telah banyak
ditinggalkan karena semakin sedikit generasi muda yang mempelajari teknik
menenun dari orang tua. Pada saat ini kegiatan menenun dengan tangan beralih
dengan penenunan peralatan yang lebih moderen
berikut contoh kain tenun NTT
. kain ikat Buna 4.kain Timor Sotis